INSTRUMEN EVALUASI JENIS NON-TEST

INSTRUMEN EVALUASI JENIS NON-TEST

OLEH :

KOKO PRIANTO

  1. PENGERTIAN

Alat atau instrument merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Sedangkan istilah evaluasi merupakan suatu proses untuk memperoleh kualitas tertentu terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti, istilah lain yang memiliki maksan yang hampir sama dengan evaluasi adalah penilaian (assessment) dan pengukuran. Secara sederhana penilaian dan pengukuran meruapakan komponen yang ada di dalam ruang lingkup evaluasi, dimana penilaian merupakanproses berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi, sedangkan pengukuran lebih khusus mengumpulkan informasi yang bersifat kuantitatif atas sesuatu.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka instrument evaluasi jenis non-tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempermudah pihak-pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu objek dengan menggunakan teknik non-tes.

Penilaian non test adalah “penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya”. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.

Adapun menurut Hasyim, ”Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya”.

Teknik penilaian nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Sedangkan teknik penilaian non tes tulis maksudnya adalah bentuk evaluasi non tes yang berbentuk tulisan atau non lisan.

Alat atau instrumen merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Sedangkan istilah evaluasi merupakan suatu proses untuk memperoleh kualitas tertentu terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti, istilah lain yang memiliki maksan yang hampir sama dengan evaluasi adalah penilaian (assessment) dan pengukuran. Secara sederhana penilaian dan pengukuran meruapakan komponen yang ada di dalam ruang lingkup evaluasi, dimana penilaian merupakanproses berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi, sedangkan pengukuran lebih khusus mengumpulkan informasi yang bersifat kuantitatif atas sesuatu.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka instrument evaluasi jenis non-tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempermudah pihak-pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu objek dengan menggunakan teknik non-tes.

  1. MACAM-MACAM INSTRUMEN EVALUASI NON-TEST
  1. Observasi (Observation)

Observasi merupakan suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenati berbagai fenomena yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi dan mengukur factor-faktor yang diamati khususnya kecakapan social. Berikut ini beberapa karakteristik dari observasi, yaitu:

  1. Mempunyai tujuan
  2. Bersifat ilmiah
  3. Terdapat aspek yang diamati
  4. Praktis

Sedangkan secara lebih lanjut, terdapat tiga jenis observasi, yaitu:

  1. Observasi partisipan, dimana pengamat ikut andil dalam kegiatan kelompok yang sedang diamati.
  2. Observasi sistematik merupakan observasi dengan menggunakan kerangka yang berisi faktor-faktor yang ingin diteliti yang telah dikategorikan terlebih dahulu secara struktural.
  3. Observasi Eksperimental meupakan observasi dimana pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok yang diamati namun dapat mengendalikanunsur-unsur tertentu sehingga tercipta tujuan yang sesuai dengan tujuan observasi. Observasi jenis ini memungkinkan evaluator untuk mengamati sifat-sifat tertentu dengan cermat.

Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah:

  1. Merumuskan tujuan observasi
  2. Membuat kisi-kisi observasi
  3. Menyusun pedoman observasi
  4. Menyusun aspek-aspek yang ingin diobservasi
  5. Melakukan uji coba pedoman observasi
  6. Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba
  7. Melaksanakan observasi
  8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi

Sama halnya dengan instrument evaluasi yang lain,obsevasi memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan yaitu:

  1. Kelemahan:

1).Pelaksanaannya sering terganggu keadaan cuaca atau kesan yang kurang baik dari observer maupun observi.

2).Masalah yang sifatnya pribadi sulit diamati.

3).Apabila memakan waktu lama, akan menimbulkan kejenuhan.

  1. Kelebihan:

1). Observasi cocok dilakukan untuk berbagai macam fenomena.

2). Observasi cocok untuk mengamati perilaku.

3). Banyak aspek yang tidak dapat diukur dengan tes tetapi bisa diukur

dengan observasi.

  1. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan salah satu bentuk instrument evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab baik secara langsung tanpa alat perantara maupun secara tidak langsung. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi untukk menjelaskan suatu kondisi tertentu, melengkapi penyelidikan ilmiah atau untuk mempengaruhi situasi atau orang tertentu. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

  1. Wawancara Bebas dimana responnden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan.
  2. Wawancara Terpimpin merupakan wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan mengajukan pertanyaan yang sudah disusun terlebih  dahulu, sehingga responden hanya memilih jawaban yang sudah disiapkan oleh penanya.

Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk melakukan wawancara:

  1. Merumuskan tujuan wawancara
  2. Membuat pedoman wawancara
  3. Menyususn pertanyaan yang sesuai dengan data yang diperlukan.
  4. Melakukan uji coba
  5. Melaksanakan wawancara

Sedangkan kelemahan dan kelebihan jenis instrument wawancara adalah sebagai berikut:

  1. Kelemahan:

1)      Jika subjek yang ingin diteliti banyak maka akan memakan waktu yang banyak pula.

2)      Terkadang wawancara berlangsung berlarut-larut tanpa arah.

3)      Adanya sikap yang kurang baik dari responden maupun penanya.

  1. Kelebihan:

1)      Dapat memperolehinformasi secara langsung sehingga objectivitas dapat diketahui.

2)      Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar

3)      Pelaksanaannya lebih fleksibel, dinamis dan personal.

 

  1. Skala Sikap (Attitude Scale)

Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan dengan sikapnya. Guru perlu mngetahui norma-norma yang ada pada peserta didik, bahkan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan lingkungan sekolah.

Salah satu model untuk mengukur sikap yaitu, dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala likert, peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja tetapi memilih juga pernyataan-pernyataan yang negatif .

Untuk membuat skala Likert dapat mengikuti langkah-langkah berikut :

  • Memilih variabel efektif yang akan diukur
  • Membuat beberapa pernyataan tenang variabel efektif yang akan diukur
  • Mengklasifikasikan pernyataan positif dan negatif
  • Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternative pilihan
  • Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian
  • Melakukan uji coba
  • Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik
  • Melaksanakan penilaian

 

Contoh : sikap peserta didik terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia

No Pernyataan SS S TT TS STS
1 Saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran bahasa Indonesia
2 Saya berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia
3 Saya suka menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar
4 Saya tertarik artikel yang berhubungan dengan budaya indonesia
5 Saya memperkaya materi dari guru bahasa indonesia dan membaca buku-buku sumber sebagai penunjang
6 Saya senang mengerjakan tugas pelajaran bahasa indonesia di rumah
7 Dst

Keterangan :

SS        : sangat setuju

S          : setuju

TT        : tidak tahu

TS        : tidak setuju

STS     : sangat tidak setuju

 

  1. Daftar Cek (Check List)

Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati, penilai tnnggal memberikan tanda centang (v) pda tiap-tiap aspek sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan.

Contoh :

No Nama siswa SB B C K SK
1 Nano waryono
2 Elin roslina
3 Arie apriadi
4 Angga zalindra
5 Ardi maulana

Keterangan :

SB : sangat baik

B   : baik

C   : cukup

K   : kurang

SK : sangat kurang

Daftar cek tentang kebiasaan belajar

Nama               :                                               Kelas               :

Umur               :                                               Sekolah           :

no
1 Kegiatan diskusi
2 Membuat rangkuman
3 Latihan
4 Balajar sendiri dan belajar kelompok
5 Tanya jawab

 

  1. Skala Bertingkat (Rating Scale)

Instrumen skala penilaian memberikan solusi atas kekurangan dafatr cek yang hanya mampu mencatat keberadaan fenomena-fenomena tertentu. Skala penilaian memungkinkan pengamat untuk mengetahui keberadaan fenomena tertentu sekaligus mengikur intensitas fenomena tersebut dalam tingkatan-tingkatan yang telah disusun. Namun skala penilaian memiliki beberapa kelemahan yaitu dengan adanya halo effects, yaitu efek dari kesan atau penilaian umum,generosity effects yaitu keinginan untuk berbuat baik dengan memberi nilai tinggi, dan carry over effects yaitu pengamat tidak dapat membedakan antara fenomena satu dengan fenomena yang lain.

  1. Angket (Questioner)

Angket merupakan alat untuk mengumpulkandan mencatat data, informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal. Angket dapat dikelompokan benjadi beberapa kelompok.

Angket berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua jenis,yaitu:

  1. Angket berstruktur merupakan angket yang menyediakan beberapa kemungkinan jawaban. Angket jenis ini terdiri dari tiga bentuk:

1)      Bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang telah menyediakan alternative jawaban

2)      Bentuk jawaban tertutup tetapi alternative terakhir merupakan jawaban terbuka yang dapat memberikan kesempatan kepada respondenuntuk memberikan jawaban secara bebas.

3)      Bentuk jawaban bergambar, yaitu angket yang memberikan alternative jawaban berupa gambar.

  1. Angket tidak berstruktur merupakan angket yang memberikanjawaban secara terbuka. Angket ini memberikan gambaran lebih tentang situasi, namun kurang dapat dinilai secara objektif dan tifak dapat diukur secara statistic sehingga data yang diperoleh sifatnya umum.

Sedangkan ditinjau dari respondenyang menjawab, maka angket dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

  1. Angket Langsung

Disebut angket langsung apabila angket dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.

  1. Angket Tidak Langsung

Angket diisi oleh orang yang bukan dimintai keterangan tentang dirinya.

Berikut ini merupakan langkah-langkah menyusun angket.

1)      Menyusun kisi-kisi angket

2)      Menyusun pertaanyaan-pertanyaan dan bentuk jawaban yang diinginkan.

3)      Membuat pedoman cara menjawab.

4)      Melakukan uji coba angket untuk mengetahui kelemahan angket tersebut.

5)      Merevisi angket berdasarkan hasil uji coba

6)      Menggandakan angket sesuai jumlah responden

Sama halnya dengan instrument lain, angket juga memiliki beberapa kelemahan dan keunggulan, antara lain:

  1. Kelemalan:

1)      Ada kemungkinan angker diisi oleh orang yang bukan menjadi target.

2)      Target menjawab berdasarkan altternatif jawaban yang tersedia

  1. Keunggulan:

1)      Responden dapat meenjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi hubungan dengan peneliti atau penilai.

2)      Informasi yang terkumpul lebih mudah karena homogen.

3)      Dapat mengumpulkan data dari jumlah responden yang relatif banyak.

 

  1. Studi Kasus (Case Study)

Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya. Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:

  • Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
  • Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
  • Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?

Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi       ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.

Namun, seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam da komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan

kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.

 

  1. Catatan Insidental (Anecdotal Records)

Catatan insidental merupakan catatan-catatan tentang peristiwa sepintas yang dialamipeserta didik secara peerseorangan. Catatan tersebut belum berarti apa-apa terhadap penilaian sesorang, namun dapat menjadi petunjuk yang berguna apabila dihubungkaan dengan data-data.

  1. Sosiometri

Sosiometri merupakan suatu prosedur unruk merangkum, menyusun, dan sampai batas tertentu dappat mengkualifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan terhadap sesama serta hubungan diantara mereka.

Langkah dalam menggunakan sosiometri:

  1. Memberikan petunjuk atau pertanyaan. Misal: tuliskan pada selembar kertas nama temanmu yang paling baik.
  2. Mengumpulkan jawab yang sesungguhnya dari peserta didik.
  3. Memasukan jawabanke dalam tabel.
  4. Gambarkan jawaban dalam sebuah sosiogram.

 

  1. Inventori Kepribadian

Inventori kepribadian hampir serupa dengan tes kepribadian, namun pada inventori kepribadian jawaban peserta didik selalu benar selama menyatakan dengan sesungguhnya. Walaupun demikian digunakan pula skala-skala tertentu untuk mengkuantifikasi jjawab agar dapat dibandingkan.

 

  1. Teknik Pemberian Penghargaan kepada Peserta Didik

Teknik pemberian penghargaan ini penting karena banyak respon atau tindakan positif peserta didik yang diakibatkan oleh proses belajar yang kurang diperhatikan guru. Apabila guru memberikan penghargaan atas tindakan positif yang dilakukan peserta didik dalam berbagai bentuk, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berikut ini merupakan teknik pemberian penghargaan:

  1. Teknik Verbal merupakan pemberian penghargaan melalui pujian, dukungan, dorongan atau pengakuan.
  2. Teknik Non-verbal, melalui:

1)      Mimik dan gerakan tubuh (senyuman, acungan jempol, tepuk tangan)

2)      Cara mendekati (proximity)

3)      Sentuhan (contact)

Pengembangan instrumen evaluasi non tes dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia

  1. Tes Perbuatan
No. Nama Siswa Kemampuan Membaca
1 2 3 4 5
1.           1 Usman
2.           2 Said
3.           3 Sutejo Ade
Dst Dst……………………..

Keterangan :                                                    Skor Tes Perbuatan :

  1. = Membaca lancar dan baik = 80 – 90 = A
  2. = Membaca lancar kurang baik = 70 – 79 = B
  3. = Membaca Terbata-bata = 60 – 69 = C
  4. = Membaca Terbata-bata dengan bantuan guru = 50 – 59 =D
  5. = Tidak dapat membaca = kurang dari 50 = E
  1. Portofolio yakni Tes pengalaman dilakukan dengan menggunakan portofolio dimana guru mencatat pengalaman berdasarkan antara lain:

–      apa yang dilihat;

–      laporan rekan guru dan pegawai lainnya; dan

–      laporan dari orangtua murid atau siswa

  1. Penilaian Afektif

Indikator : Siswa menunjukkan sikap yang terpuji

No Nama Siswa Aspek Penilaian Jml

Skor

Nilai

Catatan

Disiplin Respon Inisiatif Kerja

Sama

Tuntas Tugas
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Catatan :

  1. Kriteria perilaku

1 = sangat kurang                                            4 = baik

2 = kurang                                                       5 = amat baik

3 = cukup

  1. Nilai merupakan jumlah dari nilai tiap-tiap indikator perilaku
  1. Nilai maksimum = 25.
  1. Keterangan nilai

23 – 25 = sangat baik

18 – 22 = baik

13 – 17 = cukup

8 – 12 = kurang

0 – 7   = sangat kurang

Mahasiswa & Apatisme

Mahasiswa & Apatisme

Oleh :

Koko Prianto

 

,Ketika saya masih SMA dulu ketika mendengar kata “Mahasiswa” yang terbayang adalah sebuah titel yang begitu keren, titel yang begitu we o we. Bagaimana tidak?. Saya beranjak dewasa mendengar kisah-kisah mahasiswa dari guru SMA, yang memaksa turun rezim Soeharto. Saya diceritakan kisah bagaimana mahasiswa memegang peranan penting dalam menentukan arah berjalannya negara Indonesia ini. Apa jadinya kalau titel ini sudah tidak begitu prestigius lagi?. Dan hal itu bukan disebabkan oleh faktor eksternal, namun karena sikap dan tindakan para pemilik titel ini.

Ketika mahasiswa apatis, mahasiswa hanya kuliah pulang kuliah pulang (kupu-kupu). Ketika mahasiswa sulit membedakan dirinya dengan ondel-ondel (dandan), ketika mahasiwa cuma belanja sana-sini (hedon). Masih pantaskah titel mahasiswa dipandang sebegitu tingginya?. Dan jika anda mahasiwa maka anda tau jawabannya, mahasiswa ini tak lebih dari mayat ber-almamater.

Kita tahu, dalam banyak konsepsi kemahasiswaan bahwa mahasiswa itu bukan hanya insan akademisi yang hanya bertuntut untuk menguasai materi. Tapi lebih luasnya lagi mahasiwa itu merupakan agen of change, agen sosial control dan banyak lagi fungsi yang fundamental dari mahasiwa itu sendiri. Dimana dari semua fungsi ini merupakan penerapan dari segala hal yang kita dapatkan dari bangku perkuliahan.

Apatis itu tragis, apalagi jika hal ini melanda mahasiswa. Ketika mahasiswa sudah apatis terhadap permasalahan disekitarnya, hilanglah esensi akademisi yang seharusnya melekat erat disetiap mahasiswa. Mahasiswa akan menjadi sekedar titel tanpa isi, tak lebih dari mesin yang cuma bisa baca textbook dengan output Indeks Prestasi (IP) yang bisa dibanggakan. Semua cenderung menjadi trivial, ketika proses belajar tidak disertai dengan kepedulian terhadap permasalahan sekitar. Ilmu-ilmu yang didapat seharusnya bisa lebih berguna daripada sekedar mencari upah kerja nanti setelah lulus kuliah.

Mahasiswa cenderung apatis tidak lepas dari berbagai hal yang mempengaruhi. Menurut saya, ada beberapa alasan mengapa seorang menjadi apatis.

  1. Saya mempuanyai seorang teman. Dia dari keluarga biasa-biasa saja dan dia kuliah dengan biaya sendiri, bekerja membanting tulang demi kuliahnya. “Rasanya saya mau ikut organisasi, tapi tak punya waktu nih masalahnya”. Ungkapnya beberapa padaku. Dia ingin, tetapi tidak bisa. Dan dia memutuskan untuk menjadi apatis karena keadaan ekonomi.
  2. Karena tidak tahu. Seringkali kita tidak mau melakukan sesuatu karena tidak tahu manfaatnya. Kita apatis karena kita tidak tahu apa manfaatnya kalau kita menjadi aktivis. Kita mengangap itu perbuatan yang sia-sia, karena itulah kita memilih menjadi apatis (tidak tahu apa tidak mau tahu?).
  3. Kedua poin alasan di atas saya masukan kategori masih lumayan baik. Namun, untuk alasan yang ini, saya berpendapat berbeda. Malas, egois, tidak peduli, semau gue, yang penting gue seneng, dan sederet alasan lain itu adalah virus mematikan bagi kemanusiaan dan daya kritis mahasiswa.

Kalau boleh mengklasifikasikan mahasiswa, menurut saya, mahasiswa itu dibagi menjadi:

yang pertama adalah mahasiswa kutu atau mahasiswa yang akademis. Mahasiswa jenis ini hobinya kuliah dan ngerjain tugas serta cuek dengan aktifitas lainnya. Nama lainnya ialah kutu buku. Kutu buku menghabiskan 4 tahun waktu kuliahnya, bahkan kadang kurang dari itu. Hanya untuk masuk kelas, ngerjain tugas, ikut ujian, dan wisuda.

Selanjutnya dalah mahasiwa kupu-kupu alias kuliah pulang kuliah pulang. Jenis ini mirip kutu buku. Bedanya, jenis ini tidak terlalu cinta buku seperti kutu buku. Kupu-kupu, kuliah hanya untuk cepat lulus dan dapat kerja.lain dari itu gak penting. Mereka biasanya masih suka maen diwaktu senggang. Soal nilai kuliah mahasiswa kupu-kupu variatif, ada yang oke dan ada juga yang gak oke. Mahasiswa kupu-kupu biasanya kalau dikelas menggunakan rumus 3D (duduk, dengar, diam), ditambah rumus CP (catet terus pulang).

Selanjutnya adalah mahasiswa hedon atau mahasiwa kunang-kunang (kuliah nangkring-nangkring). Nah ini ni yang paling banyak kita jumpai. Bagi mereka kuliah adalah saat yang tepat untuk bergembira ria, kebiasaan kalau ke kampus datengnya males tapi pulangnya paling cepet. Jenis ini sangat mementingkan fashion.

Selanjutnya adalah mahasiwa aktifis kura-kura (kuliah rapat kuliah rapat), kalau jenis ini lebih unik lagi, jumlahnya minoritas. Tapi, bisa dikenali ciri-ciri umum aktifis, anda semua tentunya sudah pasti tau. Ya . . mereka adalah orang-orang yang suka berorganisasi, tak jarang juga suka berdebat dan gak pusing dengan penampilan. Aktifis kemana-mana bawa tas yang isinya perlengkapan survive (handuk, sikat gigi, sabun mandi, charge hp, proposal, dan alat tulis) dan rata-rata sholatnya jamak. EHM… SALAM TEPOK JIDAT!!!!