Sambutan ketua Kelompok penutupan PPL

Assalamualaikum wr. wb.

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua

 

Yang terhormat Kepala Sekolah SMAN 1 Karangan, atau yang mewakili, beserta bapak/ibu Pimpinan SMA Negeri 1 Karangan.

Yang Kami hormati ibu Dr. Hj. Dwi Kuncorowati. M.Pd. selaku wakil Ketua satu STKIP PGRI Trenggalek

Yang kami hormati bapak/ibu guru Pamong dan Segenap jajaran dewan guru beserta staf SMAN 1 Karangan

Yang kami hormati bapak Agus Budi Santosa. M.Pd selaku dosen Pembimbing Lapangan

Serta seluruh rekan-rekan mahasiswa PPL SMAN 1 Karangan yang berbahagia

 

Tiada pantas kata selain Puji syukur Alkhamdulillah kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha Esa atas limpahan rahmat, taufik, dan hidahyah-Nya, sehingga pada kesempatan yang berbahagia ini, kita dapat berkumpul di Laboratorium Fisika SMAN 1 Karangan dalam rangka penutupan pelaksanaan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan dari STKIP PGRI Trenggalek tahun akademik 2015/2016 ini tanpa suatu halangan apapun, Amiin

 

Selanjutnya Sholawat serta salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan dari jaman kebodohan menuju jaman yang penuh kecerdasan ini dan Semoga kita semua senantiasa mendapat syafa’atnya di yaumul akhir nanti.

 

Bapak/ibu guru yang kami hormati…..

Saya atas nama pribadi dan seluruh rekan-rekan mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan STKIP PGRI Trenggalek, di SMA N 1 karangan tahun akademik 2015/2016, mengucapkan terimkasih yang tida terkira kepada pihak sekolah yang dengan tulus ikhlas menerima kami untuk belajar dan menjadi bagian dari keuarga besar SMA N 1 krangan tercinta ini,

Terimakasih khususnya kami ucapkan kepada bapak/ibu guru pamong dan dosen pembimbing lapangan , yang telah menerima, membimbing, dan mendukung kami dalam melksanakan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan ini.

Kami ucapkan terimaksih pula kepada seluruh siswa/ siswi SMA Negeri 1 Karangan yang telah menerima kami dengan tulus ikhlas menjadi bagian dari SMA Negeri 1 Karangan ini.

 

Bapak/ibu guru yang kami hormati…..

Tidak tersa dua bulan telah kami lalui belajar di tempat yang istimewa ini, tentunya suka duka silih berganti yang kami alami, di SMA Negeri karangan tercinta ini kami benar-benar menemukan pembelajran menjadi seorang tenaga pendidik yang sesungguhnya tentunya atas bimbingan bapak/ibu guru pamong yang tiada lelah membimbing kami.

Kami mohon kritik dan saran yang dapat menjadikan kami menjadi lebih baik, menjadi seorang pendidik yang mampu menguasai seluruh kompetensi guru hingga kita menjadi seorang pendidik yang profesinal seperti bapak/ibu sekalian

 

Bapak/ibu guru yang kami hormati…..

Tentunya selama kami berada di SMA Negeri 1 Krangan tercinta ini terdapat kesalahan, kekhilafan baik yang disengaja maupun tidak disengangaja dan banyak tindak tutur yang kurang berkenan dihati kami mohon maaf yang sebesra-besarnya kami juga mohon maaf belum mampu menjadi seorag pendidik yang mampu menguasi seluruh kompetensi guru

Dan kami mohon kesempatan dan waktunya untuk menyelesaikan administrasi pelaporan Praktik Pengalaman Lapngan ini meskipun pada hari ini sudah resmi dituutp.

Bapak/ibu guru yang kami hormati…..

Sekali lagi kami ucapkan terimakasih yang tulus ikhlas, atas segala pembelajaran kehidupan yang SMANESKA berikan kepada kami.

Dan kami mohon maaf atas segala kesalahan yang telah kami lakukan , kami mohon pamit dari SMA Negeri 1 Karangan tercinta ini

Akhir kata wabilahi taufik walhidayah Wasalamualaikum wr. wb

Koko PriantoIMG_3097.JPG

Drs. AGUS BUDI SANTOSA, M.Pd. (Dosen Ter-favorit Se-Kampus)

‘’Sopo sing karep, madhep,

mantep bakal keanggep’’

 

Motto hidup yang diungkapkan oleh bapak Drs. Agus Budi Santosa, M.Pd. amatlah filosofis dan layak untuk dijadikan pelajaran, dimana ada niat kuat yang tulus, keseriusan untuk melakoninya, dan mantap menjalani pilihan hidup, maka niscaya kita akan menjadi orang yang dianggap, atau dipercaya, mungkin itu kalimat yang bisa menggambarkan motto hidup dosen yang menjadi favorit mahasiswa di seluruh Program studi ini.

Kedisiplinan dan tekat kuat untuk selalu menjadi yang terbaik selalu terpancar dari sosok seorang bapak dua anak ini, ia selalu menanamkan kedisiplinan kepada seluruh mahasiswa yang mengikuti kuliahnya, ‘’jika terlambat tak perlu repot-repot mengumpulkan tugas’’ ini cirri khas beliau di seluruh Program Studi yang tak akan menerima tugas mahasiswa jika telah lewat waktunya.

Masa-masa yang beliau lalui tidak lah mudah, tidak sedikit halangan yang menghambat, tapi hal itu tidak pernah menyurutkan keinginannya untuk menjadi seorang pembelajar yang luar biasa. dosen terfavorit ini melaksanakan pendidikan S1 Pendidikan Dunia Usaha di IKIP Negeri Malang, tahun 1992. Kemudian ia melanjutkan S2 di Universitas PGRI Adibuana surabaya mengambil prodi Teknologi Pembelajaran, Semasa kulaiah S1 Beliau mendapatkan beasiswa Ikatan dinas hingga mengantarkan beliau menjadi Dosen Negeri Yang diperbantukan dikampus ini hingga sekarang, hingga beliau memperoleh penghargaan Satya lancana Karya Satya X Tahun, dari Presiden Republik Indonesia tahun 2009.

Beliau ini menunjukkan keeksistensiannya dalam dunia pendidikan, buktinya sudah banayk keikut sertaan beliau dalam kegiatan ilmiah, salah satunya Pelatihan Sistem Penjaminan Mutu Internal (Quality Assurance) Bagi Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wil VII Jawa Timur

Keinginanya untuk mengembangkan STKIP PGRI Trenggalek begitu besar, Banyak hal yang harus dibenahi di semua elemen STKIP PGRI Trenggalek, dan menjadi ‘PR’ untuk seluruh keluarga besar STKIP PGRI Trenggalek. Beliau menambahkan, minat belajar mahasiswa STKIP PGRI Trenggalek masih begitu rendah, Masalah kedisiplinan pun kerap kali menjadi kebiasaan buruk mahasiswa. Seperti saat keterlambatan mahasiswa sepuluh menit hingga lima belas menit bahkan setengah jam. Maka beliau berpendapat bahwa kesuksesan akan sering tertunda jika beberapa tindakan sia-sia yang dilakukan mahasiswa.

Ora et labora adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin, yang sering beliau sampaikan kepada mahasiswa yang mengikuti kuliahnya, kalimat yang berarti “Berdoalah dan bekerja.” maksudnya ialah supaya seseorang tidak hanya meminta tetapi juga berusaha. Beliau selalu menanamkan ini kepada mahasiswanya di selas-ela perkuliahan.

Filosofi padi, nampaknya sangat cocok untuk menggambarkan profil seorang pencinta alam sejati ini,. Semakin berisi, semakin merunduk. Kerendahan hati dan tekad untuk terus belajarlah yang membuatnya terus mengukir prestasi.

“Raihlah cita-cita setinggi-tingginya, mumpung masih ada waktu, mumpung masih muda, dan mumpung urusan hidup tidak terlalu kompleks. Dan prioritaskan kehidupan untuk dunia dan akhirat. “ ujar Pak Abud dengan nada optimis.

*KO2

soal UTS PPL

Bacalah sepenggal hikayat berikut ini untuk menjawab soal nomor 15 – 16

Alkisah, ini hikayat orang dahulu kala. Diceritakan orang yang empunya cerita ini kisah pelanduk jenaka pri bijaksana pandai ia berbuat dusta segala binatang di dalam hutan rimba belantara. Demikianlah bunyinya, sekali peristiwa ada seekor pelanduk, maka ia duduk kepada suatu rimba hampir dengan Gunung Indrakila namanya disebut orang dan padang itupun … luasnya. Maka, banyaklah pada tempat itu segala binatang marga satwa sekaliannya berhimpun di sana.

Ringkasan materi mata kuliah Belajar Pembelajaran

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Perbedaan belajar dan pembelajaran:

Belajar – Proses individu-Perubahan

Belajar: Proses yang dilakukan individu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi ngerti (mengalami perubahan).

Pembelajaran- Tindak mengajar- Kesadaran belajar.

Pembelajaran : Tindak mengajar untuk menarik siswa memahami materi/inovation agar peserta didik mau belajar.

Hakekat belajar dan pembelajaran:

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman belajar bukan suatu hasil melainkan proses.

Belajar adalah memperoleh pengetahuan latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Belajar:    –    Proses mental dan emosional.

  • Penyebab perubahan pengetahuan dan perilaku.
  • Mengalami sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
  • Perubahan bersifat relatif permanen.
  • Perubahan akibat reaksi dan bukan karena kematangan.

Belajar bagaikan air mengalir disebuah sungai, mengalir, dinamis, penuh resiko, menggairahkan. Kesalahan, kreativitas, potensi, dan ketakjuban mengisi tempat itu.

Pengertian belajar berdasarkan pandangan-pandangan:

  1. Psikologis Klasik

Belajar adalah proses pengembangan dan latihan jiwa.

Pakar pendukung psikologis klasik : J.J. Rosseou dan Pestalzzi, Jhon Lock

  1. Psikologis Daya

belajar adalah melatih daya-daya agar dapat berfungsi dengan baik.

  1. Mental State

Belajar adalah memperoleh pengetahuan melalui alat indera yang disampaikan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar.

  1. Behavioristik

Belajar adalah membentuk hubungan stimulus respon dengan latihan-latihan.

Pakar pendukung behavioristik :Edward Lee Thorndike, J.B Watson, Carck Hull, Edwin Guithrie, B.F Skinner, Albert Bandura, Ivan Petrovich Pavlov, Robert Gagne.

 

  1. Psikologis Kognitif

Belajar adalah proses-proses pusat otak atas struktur kognitif (fakta) dalam bentuk pemahaman dan pemecahan masalah.

Pakar pendukung psikologis kognitif: Bruner, Piaget, David P.Ausubel

  1. Gestal

Belajar adalah akibat interaksi antara individu dengan lingkungan berdasarkan keseluruhan dan pemahaman.

Pakar pendukung pandangan psikologis gestalt: Max Wertheimer Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler

Dua pandangan tentang belajar:

1.Belajar dianggap sama dengan menghafal.

Karakteristik:a. Belajar berarti menambah sejumlah pengetahuan

  1. Belajar berarti mengembangkan kemampuan intelektual.
  2. Belajar adalah hasil bukan proses.
  3. Belajar dianggap sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.

Karakteristik:a. Belajar adalah aktivitas yang dirancang dan bertujuan.

  1. Tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku secara utuh.

c.Belajar bukan hanya sebagai hasil, akan tetapi juga sebagai proses pemecahan masalah.

Pembelajaran :

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran:

*Student oriented, (siswa bukan obyek, tetapi subyek belajar) Bukan diukur sejauhmana siswa menguasai materi, tetapi sejauhmana siswa beremansipasi terhadap proses belajar.

*Berlangsung dimana saja.

*Mencapai TUJUAN TERTENTU, yaitu bukan hanya kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotorik.

Proses pembelajaran:

-Interaktif ( bersikap aktif).

-Inspiratif.

-Menyenangkan

-Menantang

-Memotivasi

Mengajar:

Mengajar bagaikan “tukang bersih sungai” agar air dapat mengalir bebas hambatan

  • Mengangkat sampah, kotoran lain
  • Mengeruk lumpur, pasir
  • Memindahkan batu, kayu

Ketulusan hati, kesetiaan, kemesraan, kesabaran, cinta, sukacita, improvisasi, pengendalian diri memenuhi pekerjaan itu

 

Kurikulum 2013:

Perubahan yang mempengaruhi pola pikir: proses

1.Pembelajaran disusun seimbang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan

2.Lintasan yang berbeda untuk proses pembentukan tiap kompetensi

3.Pembelajaran melalui pendekatan scientific:

– Mengamati

– Menanya

– Mencoba

– Menalar

– Mengkomunikasikan (berlaku untuk semua mapel/tema).

  1. Model Pembelajaran:

Discovery learning (Sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri).

Project based learning (metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi (pendapat), sintesis (kesatuan), dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar).

-Collaborative learning (pembelajaran dilakukan dengan kelmpok).

Perubahan pola pikir kurikulum 2013:

  1. Guru dan Buku Teks bukan satu-satunya sumber belajar.(bisa berdasarkan pengalaman).
  2. Kelas bukan satu-satunya tempat belajar.
  3. Belajar dapat dari lingkungan sekitar .
  4. Mengajak siswa mencari tahu, bukan diberi tahu.
  5. Membuat siswa suka bertanya, bukan guru yang sering bertanya.
  6. Menekankan pentingnya kolaborasi Guru dan siswa adalah rekan belajar.
  7. Proses nomer satu, hasil nomer dua.
  8. Teaching (mengajar) – Tutoring (les).

Standar kompetensi lulusan (SKL KURIKULUM 2013)

1.SIKAP/AFEKTIF (Krathwohl) :

-Pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya

-Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan

Taksonomi Domain Afektif (Krathwohl)

  • Mengenai perasaan,
  • Emosi,
  • Psikologis (kurang nyata dalam sesuatu mata pelajaran)
  • Perasaan murid yang suka, atau benci akan sesuatu mata pelajaran amat penting dalam pengajaran guru.
  • Guru harus memupuk perasaan suka dan minat dikalangan murid dalam mata pelajaran yang diajarnya.
  • Perasaan afektif seperti suka dan minat adalah lebih kekal dan mendalam kesannya daripada kebolehan kognitif.
  • Domain afektif ini meliputi berbagai perasaan yang menuju ke peringkat yang paling tinggi, yaitu perwatakan.

Indikator hasil belajar (sesuai dengan TUJUAN yg ada dalam Kurikulum/SNP) AFEKTIF DOMAIN (Taxonomi KRATHWOHL)

  1. KETERAMPILAN/PSIKOMOTORIK (Dyers) :
  • pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret
  • Mengamati + Menanya + Mencoba + Menalar + Menyaji + Mencipta

Indikator hasil belajar PSIKOMOTOR DOMAIN (Taxonomi DYERS dkk)

  1. PENGETAHUAN/COGNITIVE (Bloom):
  • pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
  • Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi +Mencipta

Indikator hasil belajar kognitif domain (Taxonomi BENJAMIN S. BLOOM)

 

Pendekatan ilmiah (scientific): Pendekatan ilmiah berarti konep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang  melandasi penerapan metode ilmiah.

Pengertian Pendekatan Integratif atau terpadu adalah rancangan kebijaksanaan pengajaran bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR

  1. Prinsip Perhatian dan Motivasi

Tindak PEMBELAJAR untuk menumbuhkan PERHATIAN & MOTIVASI pebelajar:

  • Merancang & menyiapkan bahan ajar dengan baik
  • Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yg menyenangkan
  • Meyakinkan pebelajar bahwa mereka mampu dan bisa berprestasi
  • Meyakinkan bahwa ilmu yg dipelajari bermanfaat
  • Siswa belajar lebih banyak, jika setiap langkahnya segera diberi penguatan (reinforcement)

Perhatian merupakan pemusatan psikis, salah satu aspek psikologis yang tertuju pada suatu objek yang datang dari dalam dan luar diri individu. Dengan perhatian dapat digunakan untuk meramalkan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai.

Jenis-jenis motivasi:

  1. Motivasi intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi intrinsik dalam belajar, biasanya berhubungan dengan, ”Keinginan untuk mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu. Dalam belajar telah terkandung tujuan menambah pengetahuan”
  2. Motivasi ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Motivasi ekstrinsik dalam belajar, biasanya berkaitan dengan, ”Mencari penghargaan berupa angka, hadiah dan sebagainya”.
  3. Prinsip Transfer dan Retensi

Implikasi tindak PEMBELAJAR, bahwa :

  • Retensi pebelajar menguat bila pebelajar mengetahui tujuan belajarnya.
  • Retensi pebelajar menguat bila bahan yang diajarkan “BERMAKNA”
  • Retensi sangat tergantung pada kondisi psikis dan fisik
  • Transfer pengetahuan berjalan optimal jika pembelajar berhasil menciptakan situasi kondusif sesuai dengan kebutuhan pebelajar
  1. Prinsip Keaktifan

Membangun KEAKTIFAN pebelajar, adalah pekerjaan yg maha dahsyat

Implikasi tindak PEMBELAJAR :

  • Memberi kesempatan dan peluang yang luas untuk berkreasi (termasuk inkuiri dan eksperimen)
  • Memberi tugas individu dan kelompok, melalui kontrol guru
  • Memberikan pujian (reward) baik verbal/non verbal atas kreasi pebelajar (terutama keberanian bertanya dan menjawab)
  • Menggunakan multi metode dan multi media dalam pembelajaran
  1. Keterlibatan Langsung

Hasil Penelitian : 60% hasil belajar diperoleh jika siswa terlibat langsung dalam proses belajar

Implikasi tindak PEMBELAJAR :

  • Mengaktifkan peran individu/kel kecil dlm penyelesaian tugas
  • Menggunakan media yg penggunaannya melibatkan pebelajar Memberikan kesempatan pebelajar untuk bereksperimen
  • Memberikan tugas praktik
  1. Prinsip Pengulangan

Stephen R. Covey : Kebiasaan merupakan titik pertemuan antara PENGETAHUAN (apa yang harus dilakukan dan mengapa), KETERAMPILAN (bagaimana melakukan )dan KEINGINAN (mau melakukan).

Implikasi tindak PEMBELAJAR :

  • Memilah pembelajaran yg berisi pesan yg butuh pengulangan
  • Merancang kegiatan pengulangan
  • Mengembangkan soal-soal latihan
  • Kegiatan pengulangan yang bervariasi
  1. Prinsip Tantangan (flow)

Milahy Csikszentmihalyi : “suatu keadaan di mana seseorang sangat terlibat dalam sebuah kegiatan, sehingga hal-hal lain seakan tak berarti lagi (diabaikan)”

Goleman : “jika tuntutan terlalu sedikit, orang akan menjadi bosan, dan jika terlalu banyak tuntutan mereka akan menjadi cemas”

Kurt Lewin (Field Theory/ Teori Medan):

-Siswa di dalam situasi belajar, berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis.

-Satu sisi berhadapan dengan cita-cita yang ingin dicapai, sisi lain dihadapkan pada hambatan yaitu bahan yg harus dipelajari

Implikasi tindak PEMBELAJAR :

  • Merancang dan mengelola kegiatan inquiri dan eksperimen
  • Memberikan tugas pemecahan masalah
  • Mendorong pebelajar membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran
  • Mengembangkan bahan pelajaran yang menarik
  • Membimbing untuk menemukan fakta, konsep, prinsip dan generalisasi
  • Merancang dan mengelola kegiatan diskusi
  1. Prinsip Balikan dan Penguatan

Sniker melalui Teori Operant Conditioning (Thorndike dalam Low of Effect)

  • Hasil belajar yang baik, memberikan balikan yg menyenangkan dan berpengaruh positif kepada proses belajar selanjutnya.
  • Hasil belajar yang tidak menyenagkan (negatif) juga dapat memberikan balikan yang memperkuat kelanjutan proses belajar berikutnya.
  • Penguatan positif dan negatif dapat memperkuat belajar.

Jenis PENGUATAN yg bisa dilakukan PEMBELAJAR :

  • Penguatan VERBAL
  • Penguatan GESTURAL (berupa gerak tubuh/mimik muka yang memberikan arti/kesan baik kepada peserta didik)
  • Penguatan dengan cara mendekati
  • Penguatan dengan cara sentuhan
  • Penguatan dg cara memberikan kegiatan yang menyenangkan
  • Penguatan berupa tanda atau benda (termasuk di dalamnya, komentar tertulis atas karya peserta didik, hadiah, piagam, lencana dsb)
  1. Prinsip Perbedaan Indiviual

Roy Killen, 1998 (Effective Teaching Strategies): keberagaman faktor, seperti sikap pebelajar, kemampuan dan gaya belajar, pengetahuan serta kemampuannya dan konteks pembelajaran merupakan komponen yang memberikan dampak yang sangat penting terhadap apa yang sesungguhnya harus dipelajari pebelajar.

Karakteristik belajar pebelajar :

*Kelompok VISUAL : sering ditandai dengan mencoret-coret saat berbicara, lebih suka melihat peta/gambar dari pada mendengar, berbicara dengan tepat dan to the point, dst….

*Kelomok AUDITORIAL : Suka berbicara sendiri, lebih suka mendengar ceramah/seminar dari pada membaca buku, lebih suka berbicara dari pada menulis.

*Kelompok KINESTETIK: Berfikir lebih baik saat berjalan/bergerak, banyak bergerak saat berbicara, sulit untuk duduk dan diam.

Implementasi PEMBELAJAR :

  • Pebelajar harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya untuk selanjutnya mendapatkan perlakuan dan layanan kegiatan belajar yg mereka butuhkan.
  • Pebelajar harus terus didorong untuk mampu memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan
  • Pebelajar membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras dengan minat, tujuan, dan latar belakang mereka.
  • Pebelajar harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya serta pemenuhan kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda dengan peserta didik lainnya.
  • Pebelajar yang telah mengetahui/memahami kekuatan dirinya, cenderung memiliki motivasi belajar yg lebih tinggi

PRINSIP PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

Sesuai dengan STANDAR KOMPETENSI LULUSAN dan STANDAR ISI, maka prinsip pembelajaran yang digunakan:

  1.  Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu; pembelajaran mendorong siswa menjadi pembelajar aktif, pada awal pembelajaran guru tidak berusaha untuk meberitahu siswa karena itu materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk final. Pada awal pembelajaran guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu fenomena atau fakta lalu mereka merumuskan ketidaktahuannya dalam bentuk pertanyaan. Jika biasanya kegiatan pembelajaran dimulai dengan penyampaian informasi dari guru sebagai sumber belajar, maka dalam pelaksanaan kurikulum 2013 kegiatan inti dimulai dengan siswa mengamati fenomena atau fakta tertentu. Oleh karena itu guru selalu memulai dengan menyajikan alat bantu pembelajaran untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa dan dengan alat bantu itu guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan bertanya.
  2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber; pembelajaran berbasis sistem lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran membuka peluang kepada siswa  sumber belajar seperti informasi dari buku siswa,  internet, koran, majalah, referensi dari perpustakaan yang telah disiapkan. Pada metode proyek, pemecahan masalah, atau inkuiri siswa dapat memanfaatkan sumber belajar di luar kelas. Dianjurkan pula untuk materi tertentu siswa memanfaatkan sumber belajar di sekitar lingkungan masyarakat. Tentu dengan pendekatan ini pembelajaran tidak cukup dengan pelaksanaan tatap muka dalam kelas.
  3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; pergeseran ini membuat guru tidak hanya menggunakan sumber belajar tertulis sebagai satu-satunya sumber belajar siswa dan hasil belajar siswa hanya dalam bentuk teks. Hasil belajar dapat diperluas dalam bentuk teks, disain program, mind maping, gambar, diagram, tabel, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mempraktikan sesuatu yang dapat dilihat dari lisannya, tulisannya, geraknya, atau karyanya.
  4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi dari aktivitas dalam proses belajar. Yang dikembangkan dan dinilai adalah sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
  5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata pelajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen sistem yang terpadu. Semua materi pelajaran perlu diletakkan dalam sistem yang terpadu untuk menghasilkan kompetensi lulusan. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran bersama-sama, menentukan karya siswa bersama-sama, serta menentukan karya utama pada tiap mata pelajaran bersama-sama, agar beban belajar siswa dapat diatur sehingga tugas yang banyak, aktivitas yang banyak, serta penggunaan waktu yang banyak tidak menjadi beban belajar berlebih yang kontraproduktif terhadap perkembangan siswa.
  6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; di sini siswa belajar menerima kebenaran tidak tunggul. Siswa melihat awan yang sama di sebuah kabupaten. Mereka akan melihatnya dari tempatnya berpijak. Jika ada sejumlah siswa yang melukiskan awan pada jam yang sama dari tempat yangberjauhan, mereka akan melukiskannya berbeda-beda, semua benar tentang awan itu, benar menjadi beragam.
  7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; pada waktu lalu pembelajaran berlangsung ceramah. Segala sesuatu diungkapkan dalam bentuk lisan guru, fakta disajikan dalam bentuk informasi verbal, sekarang siswa harus lihat faktanya, gambarnya, videonya, diagaramnya, teksnya yang membuat siswa melihat, meraba, merasa dengan panca indranya. Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar, namun dengan menggunakan panca indra lainnya.
  8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); hasil belajar pada rapot tidak hanya melaporkan angka dalam bentuk pengetahuannya, tetapi menyajikan informasi menyangku perkembangan sikapnya dan keterampilannya. Keterampilan yang dimaksud bisa keterampilan membacan, menulis, berbicara, mendengar yang mencerminkan keterampilan berpikirnya. Keterampilan bisa juga dalam bentuk aktivitas dalam menghasilkan karya, sampai pada keterampilan berkomunikasi yang santun, keterampilan menghargai pendapat dan yang lainnya.
  9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan  dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat; ini memerlukan guru untuk mengembangkan pembiasaan sejak dini untuk melaksanakan norma yang baik sesuai dengan budaya masyarakat setempat, dalam ruang lingkup yang lebih luas siswa perlu mengembangkan kecakapan berpikir, bertindak, berbudi sebagai bangsa, bahkan memiliki kemampuan untuk menyesusaikan dengan dengan kebutuhan beradaptasi pada lingkungan global. Kebiasaan membaca, menulis, menggunakan teknologi, bicara yang santun  merupakan aktivitas yang tidak hanya diperlukan dalam budaya lokal, namun bermanfaat untuk berkompetisi dalam ruang lingkup global.
  10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),  membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); di sini guru perlu menempatkan diri sebagai fasilitator yang dapat menjadi teladan, meberi contoh bagaimana hidup selalu belajar, hidup patuh menjalankan agama dan prilaku baik lain. Guru di depan jadi teladan, di tengah siswa menjadi teman belajar, di belakang selalu mendorong semangat siswa tumbuh mengembangkan pontensi dirinya secara optimal.
  11. Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; karena itu pembelajaran dalam kurikulum 2013 memerlukan waktu yang lebih banyak dan memanfaatkan ruang dan waktu secara integratif. Pembelajaran tidak hanya memanfaatkan waktu dalam kelas.
  12. Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas. Prinsip ini menadakan bahwa ruang belajar siswa tidak hanya dibatasi dengan dinding ruang kelas. Sekolah dan lingkungan sekitar adalah kelas besar untuk siswa belajar. Lingkungan sekolah sebagai ruang belajar yang sangat ideal untuk mengembangkan kompetensi siswa. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya dapat mengembangkan sistem yang terbuka.
  13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (tIK) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; di sini sekolah perlu meningkatkan daya guru dan siswa untuk memanfaatkan TIK. Jika guru belum memiliki kapasitas yang mumpuni siswa dapat belajar dari siapa pun. Yang paling penting mereka harus dapat menguasai TIK sebabab mendapatkan pelajaran dengan dukungan TIK atau tidak siswa tetap akan menghadapi tantangan dalam hidupnya menjadi pengguna TIK. Jika sekolah tidak memfasilitasi pasti daya kompetisi siswa akan jomplang daripada  siswa yang memeroleh pelajaran menggunakannya.
  14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa; cita-cita, latar belakang keluarga, cara mendapat pendidikan di rumah, cara pandang, cara belajar, cara berpikir, keyakinan siswa berbeda-beda. Oleh karena itu pembelajaran harus melihat perbedaan itu sebagai kekayaan yang potensial dan indah jika dikembangkan menjadi kesatuan yang memiliki unsur keragaman. Hargai semua siswa, kembangkan kolaborasi, dan biarkan siswa tumbuh menurut potensinya masing-masing dalam kolobarasi kelompoknya.

KONTEKS WACANA

KONTEKS WACANA

Menurut Halliday dan Hassan (1985:5), yang dimaksud dengan konteks wacana adalah teks yang meyertai teks lain. Menurut kedua penulis itu, pengertian hal yang menyertai teks itu meliputi tidak hanya yang dilisankan dan dituliskan, tetapi termasuk pula kejadian yang nonverbal lainnya keseluruhan lingkungan teks itu.

Menurut Brown dan Yule (1983) menganalisis wacana semestinya menggunakan pendekatan pragmatis untuk memahami pemakaian bahasa. Misalnya, penganalisis wacana haruslah mempertimbankan konteks tempat terdapatnya bagian sebuah wacana. Beberapa unsur bahasa yang paling jelas memerlukan informasi kontekstual adalah bentuk-bentuk deiktis, seperti di sini, sekaran, saya, kamu, ini, dan itu. Untuk menafsirkan bentuk-bentuk deiktis itu, analisis wacana bahasa Indonesia perlu mengetahui siapa penutur dan pendengarnya, waktu dan tempat ujaran itu. Berikut ini adalah beberapa konsep yang berkaitan dengan konteks wacana, antara lain:

  • Praaggapan (presupposition),
  • Implikatur,
  • Missing link inference,
  • Informasi lama dan baru.
  1. Praaggapan (Presupposition)

Menurut  Filmore (1981), dalam setiap percakapan selalu digunakan tingkatan-tingkatan komunikasi yang implisit atau praaggapan dan eksplisit dan ilokusi. Sebagai contoh, ujaran dapat dinilai tidak tidak relevan atau salah bukan hanya dilihat dari segi cara pengungkapan pistiwa yang salah pendeskripsiannya, tetapi juga pada cara membuat peranggapan yang salah.

Kesalahan membuat praanggapan mempunyai efek dalam ujaran manusia. Dengan kata lain, praanggapan yang tepat dapat memprtinggi nilai komunikatif sebuah ujaran yang diungkakan. Makin tepat praanggapan yang dihipotesiskan, makin tinggi nilai komunikasi suatu ujaran. Dalam beberapa hal, makna wacana dapat dicari melalui praaggapan, namun disisi lain terdapat makna yang tidak dinyatakan secara eksplisit.

Contoh:

(1)   Ibu saya dating dari Samarinda

Dalam contoh (1) praanggapan adalah: (1) saya mempunyai ibu; (2) Ibu ada di Samarinda. Oleh krena itu, fungsi praanggapan ialah membantu mengurangi hambatan respon orang terhadap penafsiran suatu ujaran.

Menurut Leech (1981:288), praanggapan haruslah dianggap sebagai dasar kelancaran wacana yang komunikatif. Apabila dua orang terlibat dalam suatu percakapan, mereka saling mengisi latar belakang pengetahuan yang bukan pengetahuan terhadap situasi pada waktu itu, tetapi pengetahuan terhadap dunia pada umumnya. Begitu percakapan berlanjut, konteksnya berlanjut dalam arti unsur-unsurnya bertambah. Berikut ini adalah contoh yang diikuti dengan dasar yang berbeda.

Contoh:

(1)   Ani menanggis sebelum dia dapat  menyelesaikan pekerjaan tangannya.

(2)   Ani meninggal sebelum dia dapat menyelesaikan pekerjaan tangannya.

Dalm ujarn (1) praanggapan yang timbul adalah bahwa Ani dapat menyelesaikan pekerjaan tangannya, sedangkan dalam (2) Hal itu diketahui berdasarkan penetahuan tentang dunia. Seseorang yang sudah meninggal tidak mungkin lagi melakukan sesuatu. Jadi, apabila (2) dikembangkan dan didapati bahwa Ani dapat menyelesaikan pekerjaan tangganya, kedua ujaran tersebut tidak sesuai.

  1. Implikatur

Konsep implikatur kali pertama dikenalkan oleh H.P.Grice (1975) untuk memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik biasa. Implikatur dipakai untuk memperhitungkan apa yang disarankan atau apa yang dimaksud oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan secara harfiah (Brown dan Yule, 1983:31).

Contoh:

Bersih di sini bukan?(ujaran)

Maka secara implisit penutur menghendaki agar ruangan tersebut dibersihkan.

Menurut Grice (1975), dalam pemakaian bahasa terdapat implikatur yang disebut implikatur konvensional, yaitu implikatur yang ditentukan oleh arti konvensional kata-kata yang dipakai.

Contoh:

(1)   Dia orang Jawa karena itu dia rajin.

Pada contoh (1) tersebut, penutur tidak secara langsung menyatakan bahwa suatu ciri (rajin) disebabkan oleh ciri lain (jadi orang Jawa), tetapi bentuk ungkapan yang dipakai secara konvensional berimplikasi bahwa hubungan seperti itu ada. Kalau individu yang dimaksud itu orang Jawa dan tidak rajin, implikaturnya yang keliru, tetapi ujarannya tida salah. Contoh lain kata pria, kata’ pria’ tentu mengimplikasikan mempunyai rambut, hidung, atau bibir sehingga hunbungan antarkalimat pada contoh dibawah ini bersifat koheren, meskipun tanpa kalimat Pria itu mempunyi rambut, hidung, dan bibir.

Grice (1975), Implikatur percakapan itu mengutip prinsip kerjasama atu kesepakatan bersama, yakni kesepakatan bahwa hal yang dibicarakan oleh partisipan harus saling berkait. Grice (1975:45) mengemukakan prinsip kerjasama sebagai berikut:

Berikanlah sumbangan Anda pada percakapan sebagaimana yang diperlukan sesuai dengan tujuan atau arah pertukaran pembicaraan yang Anda terlibat didalamnya.

 Dengan prinsip umum tersebut, dalam perujaran, para penutur disarankan untuk menyampaikan ujaran sesuai dengan konteks terjadinya peristiwa tutur, tujuan tutur, dan giliran tutur yang ada. Dalam penerapannya, prinsip kerjasama tersebut ditopang olehseperangkat asumsi yang disebut prinsip-prinsip percakapan (maxims of conversation), yaitu:

  • Prinsip kuantitas,
  • Prinsip kualitas,
  • Prinsip hubungan,dan
  • Prinsip cara.
  1. Prinsip Kuantitas

Berikan sumbangan anda seinformatif yang diperlukan, jangan memberikan sumbangan informasi melebihi yang dibutuhkan.

  1. Prinsip Kualitas

Jangan mengatakan sesuatu yang anda yakini tidak benar dan jangan mengatakan sesuatu yang bukti kebenarannya kurang meyakinkan.

  1. Prinsip Hubungan

Usahakan perkataan anda ada  relevansinya.

  1. Prinsip Cara

Hindari pernyataan-pernyatan yang samar, usahakan agar ringkas, dan usahakan berbicara dengan teratur.

  1. Inferensi

Inferensi atau penarikan simpulan dikatakan oleh Gumperz (1982) sebagai proses interpretasi yang ditentukan oleh situai dan konteks percakapan. Dengan inferensi pendengar menduga kemauan penutur dan dengan itu pula, pendengar

meresponya.

Sering terjadi apa yang dimaksud penutur tidak sama dengan apa yang dianggap pendengar sehingga terkadang jawaban si pendengar tidak dapat merespon balik atau sering juga terjadi si penutur mengulang kembali ujarannya dengan cara atau kalimat yang lain supaya dapat di tanggapi pendengar seluruhnya. Gagasan yang ada dalam otak penutur direalisasikan dalam bentuk kalimat-kalimat. Kalau tidak pandai-pandai menyusun kalimat atau tidak pandai-pandai menanggapinnya maka akan terjadi kesalahpahaman.

Contoh:

Ada dua orang teman berjumpa dan perjumpaan itu diceritakan oleh salah satunya kekawan lainnya. Terjadilah percakapan berikut,

Nurul               : “Saya baru bertemu dengan si Janah.”

Halimah           :  “Oh, si Janah kawan kita di SMA itu?”

Nurul               :  “Bukan, tapi Janah kawan kita waktu kuliah dulu.”

Halimah           :  “Janah yang berambut panjang itu?”

Nurul               :  “Bukan, bukan janah yang berambut panjang, tapi janah yang

Yang berjilbab itu loh?”

Halimah           :  “Oh, ya, saya tahu.”

Pada ujaran pertama Halimah salah tangkap. Yang tergambar dibenaknya adalah si Janah teman SMA. Setelah diterangkan oleh Nurul bahwa Janah teman waktu kuliah, Halimah salah tangkap lagi, karea yang diduga adalah Janah yang berambut panjang. Sesudah kalimat ke tiga dari Nurul, barulah Halimah paham siapa si Janah sebenarnya.

Walaupun tanggapan tentang si Janah sudah jelas, akan tetapi apa yang dipikirkan oleh Nurul tidaklah dapat ditanggapi seluruhnya oleh Halimah karena masih banyak hal yang masih  tersembunyi, misalnya kapan Nurul bertemunya, di mana betemunya, berapa jam, dapat dikatakan bahwa yang ditanggapi pendengar dari ucapan penutur itu hanya beberapa bagian saja dan tidak seluruhnya.

Unsur-unsur Konteks

Dalam setiap interaksi verbal selalut terdapat beberapa factor (unsur) yang mengambil peranan dalam peristiwa itu, misalnya partisipan (penutur dan mitra tutur), pokok pembicaraan, tempat bicara, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut mendukung terwujudnya suatu wacana. Mengutip pendapat Hymes, Brown (1993:89) menyebutkan bahwa komponen-komponen tutur yang merupakan ciri-ciri konteks, ada delapan macam, yaitu penutur (addresser), pendengar (addressee), pokok pembicaraan (topic), latar (setting), penghubung bahasa lisan dan tulisan (channel), dialek/stailnya (code), bentuk pesan (message), dan peristiwa tutur (speech event).

  1. Penutur (addresser) dan Pendengar (addressee)

Penutur dan pendengar yang terlibat dalam peristiwa tutur disebut partisipan. Berkaitan dengan partisipan, yang perlu diperhatikan adalah latar belakang (sosial, budaya, dan lain-lain). Mengetahui latar belakang partisipan (penutur dan pendengar) pada suatu situasi akan memudahkan untuk menginterpretasikan penuturnya. Makna wacana tertentu akan mempunyai makna yang berbeda jika dituturkan oleh penuturyan yang berbeda latar belakang, minat, dan perhatiannya. Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh:

Operasi harus segera diselenggarakan.

Maksud ujaran itu akan segera dapat dipahami manakala kita tahu si penuturnya. Jika penuturnya seorang dokter, ujaran itu bermakna ‘pembedahan’; jika yang bertutur seorang ahli ekonomi, maknanya bisa jadi ‘dropping bahan makanan ke pasar’; jika yang berbicara penjahat, mungkin artinya ‘ perampokan atau pencurian’; dan jika yang berbicara polisi, maknanya berubah menjadi ‘razia’. Jadi makna wacana ditentukan oleh siapa pebuturnya. Di samping itu, makna yang terkandung dalam wacana juga sangat bergantung pada pendengarnya.

Contoh:

Kulitmu halus sekali

Jika ujaran itu diucapkan kepada anak perempuan berumur lima tahun atau perempuan muda berumur dua puluh tahun atau seorang nenek yang berumur tujuh puluh tahun, akan mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Kepada anak berumur lima tahun aau gadis dua puluh empat tahun, mungkin ujaran itu dia tafsirkan sebagai pujian sedangkan jika pendengarnya nenek berumur delapan puluh tahun maka akan itafsirkan sebagai penghinaan.

  1. Topik Pembicaraan

Dengan mengetahui topik  pembicaraan, pendengar akan sangat mudah memahami isi  wacana, sebab topik pembicaraan yang berbeda akan menghasilkan bentuk wacana yang berbeda pula. Di samping itu, partisipan tutur akan menangkap dan memahami makna wacana berdasarkan topic yang sedang dibicarakan.

Contoh:

Kata banting                                                                                

Dalam sebuah wacana akan bervariatif maknanya, bergantung pada topik pembicaraannya. Dalm bidang eonomi mungkin berarti’ kemurahan harga’; jika topiknya olah raga yudo tentulah maknanya’mengangkat seseorang dan menjatuhkannya dengan cepat’.

  1. Latar Perstiwa

Faktor lain yang mempengaruhi makna wacana adalah latar peristiwa. Latar peristiwa dapat berupa tempat, keadaan psikologis partisipan, atau semua hal yang melatari terjadinya peristiwa tutur. Tempat lebih banyak berpengaruh pada peristiwa tutur lisan tatap muka sedangkan keadaan psikologis partisipan disamping berpengaruh pada peristiwa tutur  lisan juga banyak berpengaruh pada peristiw tutur tulis. Di pasar, orang akan menggunakan bahasa dengan di msjid atau gereja;dala situasi resmi berbeda dengan situasi tidak resmi.

Contoh:

  1. Seorang pembeli di pasar menawarbarang dengan menggunakan bentuk wacana resmi dan baku.

Wahai, Nona! Berapa gerangan harga sekilo gula ini, Nona?

  1. Seorang menteri ketika berpidato dalam situasi resmi. Menyambut peringatan Hari Ibu, mengunakan bentuk wacana sebagai berikut.

Sodara, Sodara! Sampean tau to, hari ini hari ibu? Kalo nggak tahu, ya kebacut gitu aja. Wong sekarang kita mempringatinya meskipun dalam situasi krismon.

  1. Penghubung

Penghubung adalah medium yang dipakai untuk menyampaikan topik tutur. Untuk menyampaikan informasi, seorang penutur dapat mepergunakan penghubung dengan bahasa lisan atau tulisan. Ujaran lisan dapat dibedakan berdasarkan sifat hubungan partisipan tutur, yaitu langsung dan tida langsung. Hubungan langsung terjadi dalam dialog tanpa perantara sedangkan tidak langsung terjadi denan perantara misalnya telepon. Di samping itu, ujaran lisan dapat pula dibedakan menjadi  ragam resmi dan tidak resmi.

Ujarn tulis merupakan sarana komunikai dengan menggunakan tulisan sebagai perantaranya. Jenis sarana seperti ini dapat berwujud seperti surat, pengumuman, undangan, dan sebagainya. Pemilihan penghubung tergantung pada beberapa faktor, yaitu kepada siapa ia berbicara, dalam situasi bagaimana (dekat atau jauh). Jika dekat tentu dapat secara lisan, tetapi jika jauh harus secara tulisan.

  1. Kode

Kode dapat dipilih antara salah satu dialek bahasa yang ada. Atau bisa juga memakai salah satu register (ragam) bahasa yang paling tepat dalam hal itu. Akanlah sangat ganjil jika ragam bahasa baku dipakai untuk tawar-menawar barang di pasar. Juga terasa aneh jika ragam nonbaku dipakai berkhotbah di masjid atau gereja.

  1. Bentuk Pesan

Pesan yang hendak disampaikan haruslah tepat, karena bentuk pesan bersifat fundamental dan penting. Banyak pesan yang tidak sampai kepada pendengar karena. Jika pendengarnya bersifat umum dan dari berbagai lapisan masyarakat maka harus dipilih bentuk pesan yang bersifat umum, sebaliknya jika pendengarnya kelompok yang bersifat khusus atau hanya dari satu lapisan masyarakat tertentu bentuk pesan haruslah bersifat khusus. Isi dan bentuk pesan harus sesuai karena apabila keduanya tidak sesuai maka pesan atau informasi yang disampaikan akan susah dicerna pendengar.

Contoh:

Menyampaikan informasi tentang ilmu pasti, harus berbeda dengan menyampaikan uraian tentang sejarah.

  1. Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur yang dimaksud disini adalah peristiwa tutur tertentu yang mewadahi kegiatan bertutur. Misalnya pidato, sidang pengadadilan, dan sebagainya. Hymes (1975:52) menyatakan bahwa peristiwa tutur sangat erat hubungannya dengan latar peristiwa, dalam pengertian suatu peristiwa tutur tertentu akan terjadi dalam konteks situasi tertentu. Sesuai dengan konteksnsituasinya, suatu peristiwa tutur mungkin akan lebih tepat diantarkan dengan bahasa yang satu sedangkan peristiwa tutur yang lain lebih cocok diantarkan dengan bahasa yang lain. Peristiwa tutur tersebut dapat menentukan bentuk dan isi wacana yang akan dihasilkan. Wacana yang dipersiapkan untuk pidato akan berbeda bentuk dan isinya dengan wacana untuk seminar.

Rincian dalam Konteks

  • Rincian ciri luar (fisik),
  • Rincian emosional,
  • Rincian perbutan, dan
  • Rincian campuran.
  1. Rincian Fisik (cirri luar)

Rincian ini dapat melibatkan ciri-ciri yang dimiliki oleh manusia, benda, binatang secara fisik, atau ciri luar bagian tubuh yang menonjol secara fisik.

Perhatikan contoh berikut ini.

  1. Pria yang berkulit putih itu telah menawan hatinya.
  2. Pandangannya tertuju kepada laki-laki yang tegap, berambut cepak, dengan dahi lebar.
  3. Pemuda yang berbaju putih itu  sangat mengagumkan.
  4. Saya yang mencari anak cantik berkulit putih itu, ia adalah ponakan saya.

Unsur yang menjadi cirri luar (fisik) sebagai upaca rincian dala konteks: pada (a) ‘berkulit putih’, pada (b)’ tegap’, ‘berambut cepak’, dan ‘dahi lebar’, pada (c)’ berbaju putih’, dan pada (d) ‘cantik berkulit putih”.

  1. Rincian Emosional

Rincian emosional berhubungan erat dengan makna feeling di dalam semantik. Makna feeling (perasaan) berhubungan dengan sikap pembicara dengan situasi pembicaraan (emosi).

Perhatikan contoh berikut.

  1. Gadis cantik soleha itu sedang membantu ibunya memasak.
  2. Anak bandel itu, sekarang berteman dengan anak-anak yang soleh.
  3. Polisi  galak itu sedang sakit, jadi kami merasa kasihan kepada beliau.
  4. Wanita liar itu nampak murung, mendapat berita duka

Perhatikan upaya rincian emosional yang terdapat pada (a) ‘cantik soleha’, pada (b) ‘bandel’, ‘soleh’, pada (c) ‘galak’, dan pada (d) ‘liar’, menerangkan pelaku yang diperjelas dengan rincian emosional.

  1. Rincian Perbuatan

Rincian perbuatan menyangkut upaya ragam tindakan dilakukan atau dialami oleh pelaku atau pengalami di dalam konteks wacana. Rincian perbuatan menunjukkan atau mengacu pada unsur  sebagai ciri acuan (orang, binatang, benda tertentu).

Perhatikan contoh berikut ini.

  1. Laki-laki yang sedang berlari itu, suami saya.
  2. Wanita yang menyayi itu, anaknya sudah sekolah dasar.
  3. Gadis remaja yang sedang membaca itu, kemarin menjadi juara cerdas cermat.
  4. Gadis yang sedang berdiri di samping itu, senang bergurau dan rajin mebaca Al-Qur’an.

Upaya yang digunakan pada rincian tersebut adalah: pada (a)’sedang berlari’, pada (b) ‘menyayi’, pada (c) ‘sedang membaca’ dan pada (d) sedang berdiri’.

  1. Rincian Campuran

Rincian campuran terjadi antara rincian emosional dan perbuatn, fisik dan perbuatan, atau fisik dan emosional. Upaya yang digunakan merupakan campuran dari rincian fisik, perbuatan, dan emosional.

Perhatikan contoh berikut ini.

  1. Ida yang cantik itu mengambil piring dari dapur, ia berbaju merah pada waktu itu, serta kulitnya yang putih membuat dirinya nampak menarik. Gela situ diberikan kepada temannya yang berbadan kekar seperti anggota TNI, tangannya gemetar saat meletakkan piring diatas meja tadi.

Daftar Rujukan

Arifin, Bustanul. 2004. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Publishing

Djajasudarma, Fatimah. 2010. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antarunsur.

Bandung:  PT Refika Aditama

KISI-KISI INSTRUMEN TEST

KISI-KISI SOAL ULANGAN HARIAN

Nama Sekolah             : SMA N X

Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia

Kelas/ Semester           : X/ 1

Kurikulum Acuan       : KTSP

Alokasi Waktu            : 4 X 40 Menit

Jumlah Soal                 :

Standar Kompetensi   : Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi

No. Kompetensi Dasar Materi Tujuan Pembelajaran JenjangKemampuan Bentuk Soal Nomor Soal
8.1 Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima Contoh puisi lama

Bait •Irama •Rima •Perbedaan pantun dengan syair

Siswa dapat Mengidentifikasi puisi lama (pantun, syair) berdasarkan bait, irama, dan rima K4 0BJEKTIF

 

1, 2

 

 

 

Siswa dapat menentukan cirri-ciri pantun dan syair K4 0BJEKTIF

SUBJEKTIF

3, 4

 

 

1, 2

Siswa dapat Membedakan bentuk pantun dan syair K4 0BJEKTIF

SUBJEKTIF

5, 6,7

 

 

 

Siswa mampu Menulis pantun/ syair dengan memperhatikan bait, irama, dan rima K5 SUBJEKTIF 3
8.2 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima Contoh puisi baru

•Cirri-ciri puisi baru •Bait •Rima •irama

Siswa dapat Mengidentifikasi puisi baru berdasarkan bait, irama, dan rima K4 0BJEKTIF

SUBJEKTIF

8,9,10
Siswa dapat Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima K5 SUBJEKTIF 4
Siswa dapat Menyunting puisi baru yang dibuat teman K6 SUBJEKTIF 5

Sambutan Ketua Kelompok KKN

Assalammulaikum wr.wb

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua

Yang terhormat, ibu kepala desa, desa Winong. Kec Tugu

Yang kami hormati, bapak ibu perangkat desa desa winong

Yang kami hormati, bapak ibu ketua RW, Ketua RT Se Desa Winong

Yang Kami hormati bapak tatang bekti kuncahyo, selaku Dosen Pembimbing Lapngan

Serta seluruh Rekan-rekan mahasiswa yang berbahagia

Tiada pantas kata selain syukur alkhamdulillah, kehadirat allah SWT yang telah memberikan limpahan taufik, hidayah, dan inayahnya pada kita semua sehingga pada kesempatan pagi yang bernahagia ini, kita dapat bersua dalam pembukaan kuliah kerja nyata ini

Dan tak lupa sholawat dan salam, senantiasa terlimpah curahakan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiah ini dengan perantara agama islam

Bapak ibu, seluruh perangkat desa, desa Winong yang berbahagia

Sebelumnya Perkenankan kami memperkenalkan diri, kami adalah Mahasiswa dari STKIP PGRI Trenggalek, yang pada kesempatan ini akan melaksanakan KUKERTA di desa Ninong selama satu bulan, dan Saya atas nama pribadi serta mewakili teman-teman kelompok II KUKERTA STKIP PGRI Trenggalek Tahun 2015, mengucapkan terima kasih yang tiada terkira atas kesempatan yang telah diberikan. Khususnya kepada Ibu kepala desa beserta seluruh perangkat desa, desa winong

Pada kesempatan yang baik ini kami ingin sedikit menyampaikan prihal tujuan kami berada di sini, sekaligus secara tidak langsung ingin bersilaturahmi dengan warga di desa ini. Adapun tujuan kami berada di sini adalah untuk melaksanakan KUKERTA, sebagai salah satu Mata Kuliah Wajib yang harus kami tempuh, dan juga sebagai bentuk implementasi tri darma perguruan Tinggi, adapun nanti akan ada berbagai program kerja yang akan kami susun atas sepengetahuan dan seiin pihak desa. Kami berharap rogram kerja yang kami buat dapat bermanfaat bagi masyarakat desa ini pada umunya dan pembelajaran bagi kami pada khususnya.

Kami amat menyadari sebaik apapun program kerja kami pasti memiliki kekurangan. Oleh karenanya, kritik dan saran bapak ibu sekalian sangat kami harapkan, sebagai masukan bagi kami, agar kami bisa menjadi lebih baik. Disamping itu, kerjasama antar semua pihak dalam hal ini sangat kami harapkan, sehingga program program kami nanti dapat berjalan dengan baik dan maksimal .

Kami sangat berharap peran serta bapak ibu perangkat desa, desa wining dan masyarakat desa winong dalam mensyuksekan program kerja kami nanti, karena kami tak akan pernah berarti tanpa peran serta bapak ibu sekalian,

Oleh karenanya, sekali lagi kami harapakn peran serta semua element masyarakat, baik pemerintah desa ataupun masyarakat dari beragam lapisan sangat kami harapkan guna terlaksananya program kerja kami nanti .

Sekian. Terimaksih Atas perhatiannya saya mewakili teman-teman KUKERTA STKIP PGRI TRENGGALEK KEL II mengucapkan terima kasih yang tiada terkira

Wasalamualaikum Wr. wb.

Ketau Kelompok II

KKN STKIP PGRI TRENGGALEK

KOKO PRIANTO

12.073045.2110.0042

INSTRUMEN TEST, PILIHAN GANDA DAN URAIAN

  1. Berikan tanda silang (X) di huruf a, b, c, atau d sebagai jawaban yang benar !
  1. Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.

Salah satu Aturannya adalah?

  1. Banyak suku kata tiap baris
  2. Banyak baris dalam satu bait
  3. Banyak kata dalam satu kalimat
  4. Banyak orang dalam bus
  1. Puisi lama itu ada beberapa jenis salahsatunya adalah pantun.

Apa itu pengertian pantun?

  1. Sebuah bentukpuisi lama yang terdiri dari 5 bait dan bersajak a-c a-b
  2. Sebuah puisi yang bersumber dari jawa Arab dengan ciritiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a
  3. Sebuah puisi genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
  4. Sebuah bentuk puisi lama yang terdiri atas empat larik dengan rima akhir ab ab.
  5. Apa saja ciri-ciri pantun ?
  6. –Sajaknya berbentuk ab ab.
    -Baris pertama dan kedua merupakan sampiran.

-Baris ketiga dan keempat merupakan isi

  1. –Sajaknya berbentuk a-a-a-a

-Baris pertama dan kedua merupakan isi

-Baris ketiga dan keempat merupakan sampiran

  1. –Sajaknya berbentuk a-c-a-b

-Baris pertama dan kedua merupakan rima

-Baris ketiga dan kempat merupakan larik

  1. –Sajak berbentuk a-b-c-d

-Baris pertama dan kedua merupakan sampiran

-Baris ketiga dan keempat merupakan larik

  1. Di bawah ini manakah ciri-ciri Syair?
  2. Sebuah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris ,bersajak a-b-a-b
  3. Sebuah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a
  4. Sebuah puisi yang bersumber dari jawa dengan cirri tiap bait 4 baris ,bersajak a-b-a-b
  5. Sebuah puisi yang bersumber dari jawa dengan ciri tiap bait 4 baris ,bersajak a-a-a-a
  1. Manakah puisi dengan bentuk pantun di bawahini
  2. Assalammu’alaikum putri satulung besar
    Yang beralun berilir simayang
    Mari kecil, kemari
    Aku menyanggul rambutmu
    Aku membawa sadap gading
    Akan membasuh mukamu
  1. Dahulu parang, sekarang besi

Dahulu saying sekarang benci

  1. Kalau ada jarum patah

Jangan dimasukkan kedalam peti

Kalau ada kata ku yang salah

Jangan dimasukan kedalam hati

  1. Kurang piker kurang siasat

Tentu dirimu akan tersesat

Barang siapa tinggalkan sembahyang

Bagai rumah tiada bertiang

Jika suami tiada berhati lurus

Istri pun kelak menjadi kurus

  1. Manakah dibawah ini yang merupakan bentuk syair, kecuali ?
  2. Pada zaman dahulu kala

Tersebutlah sebuah cerita

Sebuah negeri yang aman sentosa

Dipimpin sang raja nan bijaksana

  1. Rajin-rajinlah beribadàt
    Janganlah lupa mengerjakan solàt
    Dan perbanyaklah engkau berzakàt
    Untuk bekal nanti di akhiràt
  1. Carilah ilmu yang bermanfaàt

Janganlah menyerah sampai kàu dapat

Gunakanlah ilmu secara tepàt

Agar berguna bagi masyarakàt

  1. Jangan suka makan mentimun

Mentimun itu banyak getahnya

Jangan suka duduk melamun

Melamun itu tidak ada gunanya

  1. Asam hadi sasam gelugur

Ketiga asam riang-riang

Menangis di pintu kubur

Teringat badan tidak sembahyang

Pantun diatas berjenis pantun?

  1. Agama
  2. Lingkungan
  3. Nasehat
  4. Teka-teki
  1. Manakah yang bukan ciri-ciri puisi baru?
  2. Tiap bait terdiri atas sebuah larik
  3. Bentuknya rapi, simetris.
  4. Mempunyai persajakan akhir (yang teratur).
  5. Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain.
  1. Yang bukan puisi barua dalah?
  2. Balada
  3. Himne
  4. Ode
  5. Mantra
  6. Apa yang disebut dengan Elegi ?
  7. Puisi yang berisi sindiran atau kritikan
  8. Puisi yang berisi ratapan tangis atau kesedihan
  9. Puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup
  10. Puisi berisi kisah atau cerita

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar !

  1. Apa perbedaan antara bentuk Pantun dan Syair ?
  2. Apa persamaan antara bentuk Pantun dan Syair ?
  3. Buatlah Pantun dan Syair masing-masing satu saja?
  4. Buatlah salah satu dari jenis puisi baru?
  5. Tukarkan dan suntinglah puisibaru yang kamu buat kemudian suntinglah puisi baru buatan temanmu ?

KISI-KISI INSTRUMEN TEST DAN NON-TEST

KISI-KISI SOAL ULANGAN HARIAN

KOKO PRIANTO

12.073045.2110.0042

Nama Sekolah             : SMA N X

Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia

Kelas/ Semester           : X/ 1

Kurikulum Acuan       : KTSP

Alokasi Waktu            : 4 X 40 Menit

Jumlah Soal                 : 15

Standar Kompetensi   : Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi

No. Kompetensi Dasar Materi Tujuan Pembelajaran JenjangKemampuan Bentuk Soal Nomor Soal
8.1 Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima Contoh puisi lama

Bait •Irama •Rima •Perbedaan pantun dengan syair

Siswa dapat Mengidentifikasi puisi lama (pantun, syair) berdasarkan bait, irama, dan rima K4 0BJEKTIF

 

1, 2

 

 

 

Siswa dapat menentukan cirri-ciri pantun dan syair K4 0BJEKTIF

SUBJEKTIF

3, 4

 

 

1, 2

Siswa dapat Membedakan bentuk pantun dan syair K4 0BJEKTIF

SUBJEKTIF

5, 6,7

 

 

 

Siswa mampu Menulis pantun/ syair dengan memperhatikan bait, irama, dan rima K5 SUBJEKTIF 3
8.2 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima Contoh puisi baru

•Cirri-ciri puisi baru •Bait •Rima •irama

Siswa dapat Mengidentifikasi puisi baru berdasarkan bait, irama, dan rima K4 0BJEKTIF

SUBJEKTIF

8,9,10
Siswa dapat Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima K5 SUBJEKTIF 4
Siswa dapat Menyunting puisi baru yang dibuat teman K6 SUBJEKTIF 5